oleh Restu Putri Friandini
Anak negeri yang tergabung dalam komunitas Griya Baca secara general adalah anak dari keluarga yang berkemapuan menengah kebawah. Kesibukan orang tua dalam mencari uang karena banyaknya kebutuhan yang harus dipenuhi adalah faktor utama dari anak negeri yang membuat mereka terkesan tidak terurus serta bebas berada dimana saja tanpa adanya pengawasan dari orang tua ataupun kakak. Disamping itu pola hidup yang tak teratur serta intensitas yang sedikit untuk bertemu dengan orang tuanya mendasari mereka dalam mengambil sikap dalam berbagai hal. Banyak sikap yang mereka ambil tanpa adanya proses kognisi yang panjang. Mereka tidak dapat bahkan sulit untuk sekedar memikirkan sikap yang harusnya mereka tunjukkan pada orang lain, pantas atau tidak, berefek negatif atau positif. Sikap yang muncul dari anak negeri ini kebanyakan adalah hasil dari mengadopsi sikap orang lain yang mereka lihat. Sikap tersebut diadopsi tanpa adanya filtering lebih jauh. Sehingga sikap yang dia pilih akan berpengaruh terhadap tingkah laku yang dia tunjukkan.
Kita diharuskan mengetahui,sebenarnya bagaimanakah sikap dapat berkembang. Apakah sudah ada sejak lahir atau kita memperoleh sikap dari berbagai pengalaman hidup yang pernah kita lalui. Psikolog sosial percaya bahwa sikap itu dipelajari dan juga diperoleh, namun beberapa bukti penelitian adalah sikap juga dapat dipengaruhi oleh faktor genetik. Terdapat sumber yang paling penting dan sudah jelas merupakan pembentuk sikap kita adalah kita mengadopsi sikap tersebut dari orang lain melalui proses pembelajaran sosial (social learning). Kebanyakan dari kita akan mengobservasi perilaku/sikap orang lain ketika kita berinteraksi
dengannya lalu kita mengadopsinya. Seperti yang dilakukan oleh anakanak Griya Baca, diantara mereka akan banyak melakukan hal yang sama. Ketika anak negeri yang berusia lebih tua melakukan suatu sikap, pada kesempatan yang sama anak negeri yang lebih muda juga akan melakukan hal yang sama seperti yang pernah dia lihat dari temannya satu komunitas.
Belajar sosial terbagi menjadi empat sub-bagian yakni pembelajaran berdasarkan asosiasi (Classical Conditioning), belajar untuk
mempertahankan pandangan yang benar (Instrumental Conditioning), belajar dari contoh (Pembelajaran Melalui Observasi), dan sebuah dasar pembelajaran melalui observasi (Perbandingan Sosial dan Pembentukan Sikap).
Yang berhubungan dengan LPAN Griya Baca ini adalah pembelajaran berdasarkan asosiasi (Classical Conditioning). Belajar dengan metode ini adalah dengan memberikan atau memunculkan stimulus yang berulang dan dibarengi dengan stimulus lain yang mengikutinya. Sehingga individu biasanya akan mengira stimulus yang muncul pertama akan disusul dengan stimulus berikutnya yang akan segera muncul. Harapan dari pembelajarana ini nantinya adalah dengan memunculkan stimulus pertama saja individu sudah dapat merespon sesuatu sesuai dengan apa yang diinginkan. Seperti yang banyak dilakukan oleh teman-teman volunteer terhadap anak-anak dikomunitas Griya Baca. Awalnya teman-teman volunteer memberikan stimulus sebuah kata
perintah untuk anak negeri melakukan sesuatu, namun anak negeri belum mau melakukannya. Berikutnya anak negerti diberi stimulus yang sama yakni sebuah kata perintah dibarengi dengan memberikan stimulus tambahan yakni snack, maka disitu anak-anak akan mau melaksanakan perintah yang diberikan oleh teman-teman volunteer. Sehingga nanti pada kegiatan berikutnya, ketika anak negeri diberikan stimulus yakni berupah kalimat perintah mereka langsung tanggap dan sigap melakukan perintah
yang sesuai.
Proses yang dikenal dengan classical conditioning ini juga berpengaruh dengan pembentukan sikap anak. Subjek Anggah yang
awalnya tidak mengenal peneliti, namun beberapa kali melihat ibu Tri tersenyum dan suka bercanda dengan peneliti serta menunjukkan tandatanda kesukaan terhadap peneliti. Hasil dari hal itu adalah Anggah mempelajari sikap positif yang harus diberikan terhadap peneliti, sehingga sejak itu Anggah lebih dekat dengan peneliti dan seringkali bercanda bersama peneliti.
Proses lain yang membentuk sikap dari anak LPAN Griya Baca adalah belajar dari contoh (belajar melalui observasi). Proses ini terjadi ketika individu mempelajari bentuk tingkah laku atau pemikiran baru hanya dengan mengobservasi tingkah laku orang lain (Bandura, 1997). Dalam proses ini anak akan belajar dari apa yang dia lihat terhadap orang lain, bukan apa yang dikatakan orang lain terhadap anak. Proses pembentukan sikap ini bisa dicontohkan seperti saat anak LPAN Griya Baca, subjek penelitian yakni Anggah dan Sahrul ketika selesai pertemuan setiap kegiatannya. Mereka berdua akan bersalaman dengan semua kakakkakak volunteer. Karena itu merupakan suatu sikap yang memang banyak dicontohkan oleh anak negeri yang berusia lebih tua dari Anggah dan Sahrul.
Berikutnya proses pembentukan sikap yang lain adalah sebuah dasar untuk pembelajaran melalui observasi. Disini yang dimaksudkan adalah proses pembentukan sikap dimana kecenderungan individu untuk membandingkan dirinya dengan diri orang lain untuk menentukan apakah pandangan individu terhadap kenyataan sosial benar atau salah (Festinger, 1954). Sejauh pandangan kita disetujui oleh orang lain, kita akan menganggap bahwa ide atau sikap kita tepat. Sementara ketika orang lain memiliki ide, sikap, atau pendapat yang sama dengan kita, maka kita akan menganggap bahwa pandangan itu pasti benar. Sehingga karena proses ini
kita sering kali mengubah sikap kita dengan sikap yang hampir mendekati sikap orang lain. Dan dalam beberapa kesempatan , perbandingan sosial dapat berkontribusi pada pembentukan sikap baru.
Dalam proses sebuah dasar untuk pembelajaran melalui observasi ini dapat dicontohkan dengan Anggah dan Sahrul yang tergabung dalam anggota LPAN Griya Baca ini awalnya tidak mengenal sama sekali kepada teman-teman volunteer. Anggah dan Sahrul bisa saja memunculkan pandangan positif terhadap teman-teman vounteer atau bahkan pandangan negatif, namun seseorang yang Anggah dan Sahrul hormati serta percayai yaitu Ibu Tri selalu memberikan pandangan positif kepada anak-anak Griya Baca terhadap teman-teman volunteer. Hal itu yang membuat Anggah dan Sahrul ketika pertama kali bertemu dengan teman-teman
volunteer sudah tak sungkan-sungkan lagi karena pandangan subjek terhadap kami adalah positif. Karena dalam kenyataannya sikap terbentuk dari informasi sosial yang berasal dari orang lain (apa yang kita lihat tentang apa yang mereka katakan atau lakukan), dan keinginan kita sendiri untuk menjadi serupa dengan orang yang kita sukai atau hormati.
Daftar Rujukan
Baron, Robert A., Byrne, Donn. 2003. Psikologi Sosial. Jakarta; Erlangga.
Laros, Say. 2011. Griya Baca Kota Malang, Sebuah Lembaga Pemberdayaan Anak Jalanan yang Inspiratif. (Online),
(http://kanal3.wordpress.com/2011/08/08/griya-baca-kota-malangsebuah-lembaga-pemberdayaan-anak-jalanan-yang-inspiratif/&ei=5). Minggu, 07 Agustus 2011.