Oleh:
Marisa Shinta Triyanti – M. Ikhsan – Nur Wahyuni – Restu Putri Friandini
Latar Belakang
Manusia sebagai makhluk sosial merupakan makhluk yang tidak dapat terpisahkan oleh adanya kehadiran orang lain. Individu akan membutuhkan individu lainnya untuk mencukupi kebutuhan pada dirinya. Saling berinteraksi satu sama lain adalah hal yang pasti dilakukan manusia, entah dalam bekerja atau yang lainnya. Pada kebanyakan masyarakat dalam proses kehidupan tentunya akan banyak melakukan perilaku yang berhubungan dengan orang lain pula. “Perilaku tersebut dilakukan untuk memenuhi kebutuhannya sendiri ataupun kebutuhan orang lain” (Taylor dkk, 2009).
Membahas persoalan yang behubungan dengan kata perilaku, akan banyak sekali hal yang terlintas dan terbayangkan. Dalam hal ini tentunya berhubungan dengan perilaku yang dimunculkan oleh individu, seperti perilaku adaptif. Pada pembahasan kali ini akan banyak dibahas mengenai perilaku menolong dalam diri individu. Dalam kehidupan sehari-hari banyak sekali individu yang berperilaku menolong pada individu lainnya. Sehingga perilaku menolong akan banyak kita jumpai pula di manapun, kapanpun, dan dalam kondisi apapun.
Menurut McGuire 1994 dalam (Taylor,. dkk, 2009). Banyak sekali contoh perilaku menolong yang tentunya dapat ditemui dalam kehidupan setiap hari. Perilaku menolong dari pertolongan yang sederhana, pertolongan substansial, pertolongan emosional, dan pertolongan darurat. Contohnya seperti memberikan petunjuk arah kepada orang yang bertanya dan merasa
kebingungan di jalan, memberikan pinjaman uang, mendengarkan orang yang sedang bercerita tentang masalahnya, dan mendorong mobil yang mogok.
Menurut Taylor, dkk (2009: 457) Perilaku menolong dalam pembahasan psikologi sosial akan terbagi menjadi dua tipe aksi. Dua tipe aksi tersebut adalah altruism atau altruisme dan prosocial behavior (perilaku prososial). Altruism adalah tindakan sukarela untuk membantu orang lain tanpa pamrih, atau ingin sekedar beramal baik (Taylor,. dkk, 2009). Juga dijelaskan oleh
Batson, (1998) dalam (Taylor,. dkk, 2009) Perilaku prososial adalah kategori yang lebih luas. Tindakan prososial ini mencakup setiap tindakan yang membantu atau dirancang untuk membantu orang lain, terlepas dari motif sipenolong. Terdapat perbedaan antara altruism dengan perilaku prososial. Perilaku prososial bisa saja dimulai dari altruism (tindakan tanpa pamrih) hingga
tindakan yang dimotivasi oleh pamrih atau bahkan oleh kepentingan pribadi individu tersebut. Perilaku prososial ini dalam kenyataannya akan banyak dipengaruhi oleh tipe relasi setiap orang. Mungkin seseorang melakukan tindakan menolong karena suka dengan orang yang akan ditolong, merasa menolong saat itu adalah suatu kewajiban, atau menginginkan imbalan uang.
Seorang individu dalam berbagai usia dan tempat akan merasakan perilaku menolong atau ditolong, tak terkecuali dengan anak-anak panti asuhan. Gospor Nabor (Bardawi Barzan, 1999:5) menjelaskan bahwa: “Panti asuhan adalah suatu lembaga pelayanan sosial yang didirikan oleh pemerintah maupun masyarakat, yang bertujuan untuk membantu atau memberikan bantuan terhadap individu, kelompok masyarakat dalam upaya memenuhi kebutuhan hidup”. Dari penjelasan diatas dapat diketahui bahwa panti asuhan merupakan suatu tempat dimana terdapat sekelompok orang yang sedang berusaha mewujudkan kebutuhan hidupnya. Kebanyakan anak yang tinggal di panti asuhan adalah anak yatim/piatu atau bahkan anak yang orangtuanya tak
mampu lagi membiayai hidupnya. Panti asuhan didirikan agar anak-anak seperti yang telah dijelaskan sebelumnya dapat tetap bertahan dengan adanya program di panti asuhan.
Terdapat banyak rentangan usia dan juga karakteristik mengenai anakanak di panti asuhan. Dan tentunya akan banyak perilaku yang muncul di dalam panti asuhan tersebut. Di panti asuhan biasanya akan banyak jadwal yang sengaja dibuat pengurus atau pengasuh kepada anak asuhnya. Banyaknya kegiatan tersebut bertujuan agar anak panti bisa tetap fokus dalam pembelajaran dan bisa menjadi kader penerus kesejahteraan bangsa tanpa adanya fokus lain seperti bermain ponsel, malas-malasan, atau bahkan pacaran. Namun sayangnya, padatnya kegiatan yang telah dibuat tersebut mengurangi interaksi individu satu dengan yang lain secara intens. Hal ini mengakibatkan juga pada perilaku menolong anak-anak di dalam panti asuhan, dikutip dari ucapan pengasuh panti asuhan (Aziz, 2016).
Menurut data observasi dan wawancara kepada pihak panti, banyak anak acuh tak acuh terhadap kegiatan atau kebutuhan dan kesulitan temannya, karena dia lebih fokus pada dirinya sendiri. Tidak mungkin memang, jika seseorang tidak melakukan pertolongan sekalipun dalam sehari. Namun dalam panti asuhan akan banyak kegiatan menolong yang sifatnya karena
pamrih, misal karena diperintah atau dituntut oleh pengasuh untuk saling membantu satu dengan yang lain. Disamping itu, anak-anak panti asuhan ini menganggap bahwa tanggung jawab, masalah ataupun kesulitan individu harus di kerjakan dan diselesaikan oleh individu tersebut. Kurangnya empati serta ketidak acuhan juga menjadi salah satu faktor kurang dimunculkannya
perilaku menolong di panti asuhan ini. Anak panti hanya akan menolong ketika pihak pengasuh atau pengurus panti menyuruh dan memintanya secara langsung.
Dari penjabaran diatas maka peneliti melakukan sebuah kegiatan yang bernama“Socialization of How to Increase Helping Behavior”. Socialization of How to Increase Helping Behavior merupakan suatu cara atau metode yang digunakan untuk mengingkatkan perilaku menolong. Metode dilaksanakan dengan cara mensosialisasikan kepada anak-anak panti asuhan, dimana cara mensosialisasikannya ini dengan bentuk seperti seminar namun santai. Isi dari sosialisasi ini mengenai pentingnya berperilaku menolong antar sesama serta dalam hal ini sesama anggota panti asuhan. Sesuai dengan tema, sosialisasi ini dimaksudkan untuk menambah dimunculkannya perilaku menolong pada anak panti asuhan. Nantinya dalam sosialisasi anak panti akan disuguhkan
mengenai materi-materi yang berhubungan dengan perilaku menolong serta anak panti akan diberikan stimulus tertentu untuk dapat benar-benar berperilaku tersebut.
Dalam kegiatan ini kami tidak hanya melakukan sosialisasi saja namun juga memberikan suatu kartu kontrol kepada anak panti mengenai kegiatan menolong yang seperti apa dengan objek siapa serta termasuk perilaku prososial atau altruism. Kartu kontrol ini akan dilaksanakan atau dijalankan selama satu minggu lamanya oleh anak panti asuhan. Setelah satu minggu kartu kontrol itu berjalan akan kami tarik kembali dari anak-anak panti dan kami akan mewawancarai beberepa anak panti untuk menjelaskan berdasarkan perspektifnya mengenai perilaku menolong yang telah dilakukannya.
A. Nama Kegiatan/Produk
Kegiatan ini diberi nama “Socialization of How to Increase Helping Behavior”.
B. Tujuan
Kegiatan ini bertujuan untuk memberi tahu dan menjelaskan kepada anak asuh di panti asuhan Muhammadiyah jalan Bareng kota Malang mengenai perilaku menolong. Sehingga nantinya anak asuh dapat memahami mengenai aksud dari altruism atau perilaku prososial serta nantinya mereka akan mengerti selama ini kecenderungan pada dirinya berada pada altruism atau
perilaku prososial.Pada kegiatan ini fokus/sasaran/subyek adalah anak usia 12-15 tahun yang masih dalam tahap/masa remaja menurut tahap perkembangan yang dikemukakan oleh Erik Erikson. Masa remaja merupakan masa dimana individu mulai memahami dan mengembangkan kehidupan bermasyarakat. Santrock (2003: 26) bahwa adolescene diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional.
Jadi, ini diharapkan dapat meningkatkan perilaku menolong pada remaja, sasaran/subyek diharapkan dapat melakukannya dengan tanpa pamrih atau mengharapkan imbalan/reward dari orang lain dan dapat berlanjut ke masa/tahapan selanjutnya yaitu dewasa dan seterusnya. Dan memberitahu kepada mereka pentingnya atau dampak dari melakukan perilaku menolong, serta memberitahukan kepada mereka mengenai kategori perilaku menolong dan positif serta negatifnya dari masing-masing kategori tersebut.
C. Sasaran/Subjek
Sasaran/ subyek dari kegiatan ini adalah Anak usia 12-15 tahun (di jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP)) di Panti Asuhan (bagi anak lakilaki) Jl. Kawi/ Bareng Tenes IV-A/ 637.
D. Produk
Kegiatan ini dilakukan 1 kali, namun untuk perkembangannya akan dilihat selama 1 minggu. Untuk minggu pertama kegiatan yang dilakukan adalah mengenai poster yang telah dibuat mengenai pentingnya altruisme atau perilaku prososial yaitu menolong itu dilakukan tanpa mengharapan imbalan/reward dari orang lain. Subyek dikumpulkan dalam sebuah ruangan dan salah satu dari kami akan menjelaskan mengenai poster tersebut. Apa isi dari poster tersebut, tujuan dari dibuatnya poster tersebut dan perilaku yang diharapkan muncul setelah penjelasan dari poster. Selain poster, kita juga akan membuat selembaran (poster berukuran lebih kecil) untuk ditempel di dinding pada sisi-sisi panti asuhan yang terlihat oleh anak-anak agar dapat
menjadi pengingat bagi anak-anak dan dapat memberikan pengetahuan atau menghimbau anak-anak selain sasaran/subyek untuk juga dapat dilihat dan dilakukan.
Setelah /penjelasan poster kami akan membagikan selembaran yang bertujuan untuk mengetahui perilaku menolong apa yang telah dilakukan oleh sasaran/subyek lainnya (teman subyek) setelah mengikuti /mendengarkan penjelasan mengenai poster tersebut. Selembaran itu akan dibagikan kepada sasaran/subyek masing-masing satu lembar yang akan
dibawa selama satu minggu ke depan dari minggu . Selama satu minggu, selembaran tersebut hanya akan dilihat dan dipegang oleh sasaran/subyek.
Hanya anak itu yang dapat melihat selembaran miliknya, hal tersebut bertujuan agar tidak ada dorongan/pengaruh dari orang lain jika mereka dapat melihat selembaran milik anak lain. Misal, subyek A telah menolong orang lain sebanyak 3 kali, sedangkan subyek B telah menolong orang lain sebanyak hanya 1 kali. Karena merasa tertinggal jauh maka subyek B akan menolong orang lain dengan harapan isi dari selembaran tersebut setara dengan milik subyek A. Seminggu setelah atau penjelasan poster, kami ke panti asuhan dan sasaran/subyek harus mengembalikan selembaran yang diberikan dan kami akan melakukan wawancara kepada sasaran/subyek atau pengasuh mereka. Untuk mengetahui mengenai apakah sasaran/subyek mengalami peningkatan dalam perilaku menolong mereka.
Hasil Intervensi
Berdasarkan intervensi berupa sosialisasi untuk meningkatkan perilaku menolong yang dimiliki oleh anak-anak SMP di Panti Asuhan Muhammadiyah Malang. Peneliti menemukan bahwa untuk meningkatkan perilaku anak-anak panti asauhan itu bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan. Mengingat latar belakang anak asuh yang notabene merupakan anak yang tidak mendapatkan kasih sayang orangtua sepenuhnya, sangatlah sulit untuk membuat mereka fokus mengikuti kegiatan yang kita
selenggarakan. Di awal pertama kali peneliti datang untuk memberi sosialisasi tentang materi perilaku menolong (altruism dan prososial) yang telah peneliti persiapkan. Awalnya mereka terlihat cukup antusias, namun seiring berjalannya waktu sedikit demi sedikit fokus mereka pun pecah dan akhirnya mereka cenderung tidak memperhatikan sosialisasi yang peneliti berikan. Banyak dari mereka membuat forum di dalam forum, dan berbicara hal-hal yang tidak penting. Namun peneliti dapat dengan sigap mengubah suasana sosialisasi, dan banyak yang memperhatikan lagi.
Dalam sosialisasi yang dilakukan pada tanggal 6 Mei 2016 awal terdapat sebanyak 28 anak asuh yang mengikuti sosialisasi. Setelah selesai memberikan sosialisasi peneliti memberikan kartu kontrol berwarna pink yang selama 6 hari (dari tanggal 6 Mei – 11 Mei) akan diisi oleh anak-anak tersebut untuk mengetahui seberapa banyak perilaku menolong yang mereka lakukan. Setelah sosialisasi berlangsung, peneliti menempelkan 3 poster di mading panti asuhan yang berfungsi sebagai pengingat anak asuh untuk selalu
melakukan perilaku menolong kepada sesamanya. Pada tanggal 11 Mei 2016 peneliti kembali lagi ke panti asuhan itu untuk mengetahui hasil dari sosialisasi. Jumlah anak asuh yang hadir saat itu tidak sebanyak anak asuh yang hadir saat sosialisasi. Dan ada beberapa anak yang hadir namun menghilangkan kartu kontrol yang telah peneliti bagikan. Disamping itu, ada beberapa anak yang menulis atau mengisi kartu kontrol ini saat sudah bertemu dengan peneliti. Menyikapi hal itu, peneliti langsung membagi anak asuh menjadi beberapa kelompok kecil untuk melakukan wawancara secara berkelompok. Dalam wawancara dapat diketahui terdapat beberapa anak asuh yang mengaku memang malas untuk mengisi kartu kontrol yang diberikan oleh peneliti. Anak asuh memberi alasan bahwa jangka waktu yang diberikan peneliti terlalu cepat untuk mengisi kartu kontrol ini, sehingga tidak dapat menulis secara penuh kartu kontol yang dibagikan oleh peneliti.
Dari hasil wawancara itu, peneliti juga menemukan bahwa perilaku menolong yang dimiliki oleh anak-anak panti asuhan tersebut memang meningkat karena mereka mengaku jujur merasa sedikit tertantang untuk melakukan perilaku menolong yang lebih karena adanya kartu kontrol tersebut. Disamping adanya kartu kontrol, peran poster yang peneliti tempel pada 2 mading panti asuhan di sisi yang berbeda juga bermanfaat karena seringkali anak asuh tergugah untuk berperilaku menolong ketika setelah melihat poster tersebut. Peningkatan perilaku menolong tersebut juga dipengaruhi oleh janji peneliti yang akan memberikan hadiah (reward) bagi anak yang memiliki track record terbaik di kartu kontrolnya. Namun ternyata yang memiliki track record terbaik hanya 5 orang saja. Dari wawancara itu juga peneliti menemukan bahwa memang kedudukan perilaku menolong
antara Altruisme dan Prososial yang ada dipanti asuhan itu kedudukannya setara. Kesetaraan ini dapat dibuktikan saat wawancara, karena ada beberapa anak yang mengatakan bahwa memang mereka yang tinggal di panti asuhan itu ditekankan untuk selalu bertindak secara ikhlas, namun juga ada sekelompok anak yang mengatakan bahwa tidak jarang juga perilaku menolong yang meraka lakukan disana juga tidak lepas dari arahan dan ancaman/hukuman yang diberikan oleh pengurus mereka disana.
Kesimpulan
Melihat dari hasil intervensi perilaku menolong anak-anak SMP di Panti Asuhan Muhammadiyah Malang, perilaku menolong yang dimiliki oleh anakanak panti asuhan tersebut meningkat karena mereka mengaku jujur merasa sedikit tertantang untuk melakukan perilaku menolong yang lebih setelah adanya sosialisasi dari peneliti dan karena adanya kartu kontrol yang diberikan.
Dan kedudukan perilaku menolong antara Altruisme dan Prososial yang ada di panti asuhan itu kedudukannya setara (kedua perilaku menolong, baik altruism ataupun prososial seimbang dilakukan oleh masing-masing anak). Kesetaraan antara perilaku menolong Altruisme dan Prososial dikarenakan lingkungan tempat tinggal mereka yang sangat berperan dalam menentukan perilaku menolong yang manakah yang muncul dalam keadaan tertentu. Hal ini terlihat dari pernyataan beberapa anak yang mengatakan bahwa memang mereka yang tinggal di panti asuhan itu ditekankan untuk selalu bertindak secara ikhlas, namun juga ada sekelompok anak yang mengatakan bahwa tidak jarang juga perilaku menolong yang meraka lakukan disana juga tidak lepas dari arahan dan ancaman/hukuman yang diberikan oleh pengurus mereka disana.
Saran
Dalam intervensi ini diharapkan terdapat waktu yang lebih panjang untuk melakukannya. Dimana untuk menunjang dalam mendapatkan hasil yang lebih baik memang diperlukan waktu yang lebih. Selain itu, diperlukan waktu kontroling yang terjadwal dan lebih ketat misalnya dilakukan kontroling setiap hari pada sore hari. Pertemuan yang sangat singkat menyulitkan
peneliti untuk mengobservasi lebih jauh, agar dalam modifikasi perilaku dapat berjalan dengan tepat maka diperlukan observasi setiap harinya mengenai intervensi yang sedang dijalankan. Sehingga untuk melihat perkembangannya lebih jelas dan adanya error dapat diminimalisir.
DAFTAR RUJUKAN
Robert A. Baron, Donn Byrne, Psikologi Sosial, Jakarta: Erlangga.
Shelley E,Taylor dkk.Psikologi Sosial.2009.Jakarta.Kencana
Briliantari Riko, Helping Behaviour, 2014
Wulansari Niki, Teori Perilaku Menolong, 2013
USU “Pengaruh Tayangan Krimininal Terhadap Perilaku Menolong”
http://www.psychologymania.net/2010/05/perilaku-menolong-altruismeanalisis.html