Malang – Dalam era digital yang semakin berkembang, fenomena Nomophobia atau ketakutan berlebihan terhadap kehilangan akses ke ponsel telah menjadi perhatian serius, terutama di kalangan pendidik dan orang tua. Menanggapi tantangan ini, Program Promosi dan Preventif “Abirama” hadir sebagai solusi inovatif untuk mengurangi dampak buruk Nomophobia terhadap kesejahteraan psikologis guru dan orang tua siswa di TK Dharma Bhakti Pertiwi.

Laporan Kajian Pengalaman Lapangan (KPL) yang disusun oleh mahasiswa Program Studi S2 Psikologi Universitas Negeri Malang, Demanda Bimantoro, di bawah bimbingan Dr. Tutut Chusniyah, S.Psi, M.Si, mengungkapkan pentingnya pemahaman dan penanganan Nomophobia dalam konteks pendidikan. Program ini dirancang untuk memberikan materi edukatif mengenai kecanduan gadget, dampak Nomophobia, serta cara-cara untuk meningkatkan kesejahteraan psikologis.

“Melalui program ini, kami berharap dapat memberikan wawasan yang mendalam kepada guru dan orang tua tentang bagaimana teknologi dapat mempengaruhi kesehatan mental mereka dan anak-anak mereka,” ujar Demanda Bimantoro. “Kami percaya bahwa dengan pengetahuan yang tepat, mereka dapat mengelola penggunaan teknologi dengan lebih bijak.”

Program “Abirama” tidak hanya berfokus pada penyuluhan, tetapi juga melibatkan diskusi interaktif yang memungkinkan peserta untuk berbagi pengalaman dan strategi dalam menghadapi tantangan yang ditimbulkan oleh penggunaan gadget yang berlebihan.

Dengan dukungan dari pihak sekolah dan komunitas, diharapkan program ini dapat menjadi langkah awal dalam menciptakan lingkungan belajar yang lebih sehat dan seimbang, serta meningkatkan kesejahteraan psikologis bagi semua pihak yang terlibat.