*Ninik Setiyowati

*Gamma Rahmita

*Diyah Sulistiyorini

 *) Fakultas Pendidikan Psikologi Universitaa Negeri Malang

 

Abstrak : Penelitian eksperimen ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas pelatihan karakter building untuk meningkatkan kemampuan penyesuaian social siswa akselerasi. Penelitian ini bersifat quasi eksperimen dengan one group pre test, post test design. Metode sampling yang dilakukan adalah purposive berupa siswa akselerasi kelas X, SMAN 3 MALANG berjumlah 18 orang. Dari uji validitas pearson product moment dan nilai reliability Alpha Cronbach 0.837. Treatmen yang dilakukan adalah 4 tahapan. 1) share work 2) transferring/peer teaching 3) daily journal 4) refleksi. Analisis dilakukan dengan non parametric wilcoxon test, nilai signifikansi 0.022. artinya bahwa pelatihan karakter building efektif untuk meningkatkan kemampuan penyesuaian social siswa akselerasi.

Dari hasil penelitian diatas disarankan untuk memperbaiki system perkembangan pendidikan pada anak akselerasi. keterlibatan orang tua, dalam hal ini pendampingan secara sistemik kepada orang tua agar mampu mendukung efektifitas perkembangan social anak sangat perlu dilaksanakan. Model pelatihan ini efektif untuk meningkatkan penyesuaian social anak akselerasi, sehingga bisa secara continue di tindaklanjuti sebagai kegiatan rutin dan terstruktur di sekolah sekolah yang menyelenggarakan program akselerasi.

 

Kata-kata kunci : penyesuaian sosial, character building, akselerasi, wilcoxon test

 

 

Salah satu faktor penting agar suatu bangsa tetap eksis dan berperan dalam percaturan kehidupan di dunia internasional adalah SDM yang dimiliki bangsa tersebut (Alsa, 2007). Hal ini menjadikan pengembangan SDM menjadi fokus yang layak terus menerus mengalami perbaikan. Banyak yang mengatakan bahwa masalah terbesar yang dihadapi bangsa Indonesia adalah terletak pada aspek moral. (Majid, 2011), kondisi inipun memberikan pertimbangan bahwa kualitas anak didik harus selaras antara pencapaian akademik dengan aspek moral yang dimilikinya.

Penelitian mengenai kelas akselerasi adalah salah satu upaya untuk mewadahi SDM yang berkualitas. Akselerasi sudah sering dilakukan oleh banyak peneliti. Hal ini sangat menarik untuk dikaji karena banyak yang masih perlu diperbaiki baik secara sistem maupun kesiapan personal dari siswa yang akan disiapkan menjadi siswa akselerasi tersebut. guru dan orang tua juga perlu memahami hak dan kwajiban anak anak akselerasi, selaras dengan penyiapan bahwa mereka tidak hanya dituntut untuk mandiri secara akademik dalam hal ini perkembangan aspek kognitif, namun juga perkembangan aspek social emosionalnya. Permasalahan sosialisasi antara kelas reguler dan akselerasi sulit dihindari. (Novian, 2009). Dalam melihat siswa akselerasi yang efektif, kita mengacu pada tiga cincin dengan ciri ciri: 1) Memiliki kemampuan di atas rata-rata, 2) Memiliki kreativitas, dan 3) komitmen tugas. Tiga sifat ini tergabung dan berinteraksi satu sama lain untuk membentuk prestasi kreatif (atau perilaku berbakat). Menurut teori, siswa yang menunjukkan atau memiliki potensi diatas memiliki peluang untuk mendapatkan tantangan lebih tinggi dari kelas reguler (Renzuli, 2010).

Anak anak kelas akselerasi memasuki masa remaja dan mulai melepaskan diri dari ikatan emosi dengan orang tuanya dan menjalin sebuah hubungan yang akrab dengan teman-teman sebayanya. Havighurst (dalam Hurlock, 1994) menjelaskan beberapa tugas perkembangan remaja yang berhubungan dengan perkembangan sosial emosional, yaitu menjalin hubungan dengan teman sebaya baik pria maupun wanita, mencapai suatu peran sosial baik bagi pria maupun wanita sesuai dengan jenis kelaminnya, melakukan perilaku sosial yang diharapkan, dan mencapai suatu kemandirian sosial dari orang tua dan dewasa disekitarnya. Ada berbagai pilihan accelerative untuk mengatasi kebutuhan akademik bervariasi dari siswa berbakat. Sebagian besar jenis akselerasi telah didokumentasikan dengan baik untuk efektivitas, dan menawarkan pilihan biaya yang relatif rendah untuk memenuhi kebutuhan siswa berbakat (Southern, 1991). Penyesuaian sosial di lingkungan sekolah terhadap orang lain dan lingkungan sangat diperlukan oleh setiap orang, terutama dalam usia remaja. Kemampuan dalam melakukan penyesuaian sosial di lingkungan sekolah pada remaja akan tercipta hubungan yang harmonis.( Maslihah,2011). Banyak terjadi kesalahan dalam menyikapi peserta didik yang berkategori anak berbakat, anak dengan kecerdasan sangat tinggi. Sejumlah guru memandang oleh karena mereka potensial secara akademik, maka patut diduga mereka pasti berhasil (Triyono, 2013). Pendidikan harus dapat mengoptimalkan kemampuan peserta didik, artinya bagi anak-anak yang punya bakat dan kemampuan yang luar biasa harus diberikan layanan yang berbeda dengan peserta didik yang memiliki kemampuan biasa atau normal (Putri, 2005).

Berdasarkan latar belakang diatas, tujuan dari penelitian ini adalah (1) Melihat gambaran penyesuaian sosial siswa kelas akselerasi dan (2) menemukan pengaruh character building training terhadap kemampuan penyesuaian sosial anak-anak kelas akselerasi.

 

METODE

Rancangan ini dilakukan pengukuran sebelum (pretest) dan pengukuran sesudah (posttest) pemberian perlakuan pada satu kelompok penelitian. Pretest dan posttest merupakan tes yang sehingga hasilnya bisa diperbandingkan. Pada tabel 3.1 menjelaskan desain eskperimen one-group pretest-posttest design sebagai berikut:

O1   à   X[project]1 X[project]2 X[project]3 X[reflection]4   à   O2

Keterangan:

O1          : Pengukuran pretest

O2          : Pengukuran posttest

X1       : Project one : share work : membuat tim di luar kelas akselerasi yang

tujuannya membuat project bersama memanfaatkan media daur ulang (1

minggu)

X2       : Project two : transferring/peer teaching: menjadi tutor/mentor bagi teman

lain di kelas regular (1 minggu)

X3       : Project three : Leadership outbond-school training : dipusatkan disekolah

dengan menggunakan fasilitas sekolah sekaligus media pengenalan

mengenai bagaimana kondisi sekolah dan menanamkan rasa memiliki di

sekolah. (1 hari)

X4       : Reflection : perenungan dan pembacaaan buku harian yang sudah di tulis

mengenai apa saja yang dialami, dirasakan dan dapat diambil hikmahnya

selama kegiatan. (1 hari)

  1. Refleksi dari share work
  2. Refleksi dari kegiatan tutorial teman sebaya

 

Pada penelitian ini melibatkan dua variabel yaitu variabel bebas (independent variable) dan variabel terikat (dependent variable).

A.1 Character Building : Serangkaian kegiatan yang dilakukan dalam tujuan membentuk karakter tertentu

A.2 Penyesuaian Sosial : kemampuan individu untuk bereaksi secara efektif dan bermanfaat terhadap realitas sosial, situasi, dan hubungan sehingga tuntutan atau kebutuhan dalam kehidupan sosial terpenuhi dengan cara yang dapat diterima dan memuaskan

Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas akselerasi di SMA 3 Malang yang akan mendapat perlakuan berupa kegiatan character bulding. Model sampling yang dilakuan adalah total sampling karena hanya ada 23 siswa terpilih dalam kelas X akselerasi. Adapun kelas XI tidak dijadikan sampling karena sudah mempersiap diri untuk banyak kegiatan ujian. Dari keseluruhan siswa di kelas akselerasi yang ikut pre test, ada 1 yang tidak masuk. Sedangkan ketika post test, ada 4 siswa yang tidak masuk sekolah.

Instrument penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah (Arikunto, 2010). Beberapa instrument yangdigunakan dalam penelitian ini adalah : buku harian, kertas johari Window, sedotan minuma dan skala penyesuaian sosial

  1. Instrumen Buku Harian : Alat yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah buku harian untuk menuliskan refleksi dan pengalaman personal mengenai banyak hal yang di alami selama masa penugasan sampai selesainya masa pelatihan.
  2. Kertas johari window :Berupa kertas putih yang berisi data identitas siswa dan 2 kolom isian kelebihan dan kekurangan siswa.
  3. Sedotan minuman : yang akan dipergunakan untuk membuat benda secara berkelompok.
  4. Skala penyesuaian social : Penelitian ini dirancang untuk mendapatkan data tentang efektivitas character building pada Anak kelas Akselerasi X di SMAN 3

Eksperimen ini berlangsung di dalam kelas dan luar ruang kelas Hal ini dikarenakan tidak adanya ruangan yang bisa digunakan untuk kegiatan eksperimen ini. Tahap pertemuan dengan peneliti ini dilaksanakan selama 4 kali pertemuan, namun ditindaklanjuti pada pertemuan diluar kelas.

NO Hari/Tgl. Kegiatan Keterangan
1. Rabu, 6/11/13 Pre test Pengisian skala penyesuaian diri pada siswa sekaligus sebagai try out, dilaksanakan 1 hari di SMAN 3 Malang
2. 6 – 13 /11/13 Share work Pembuatan benda/alat yang dilakukan secara berkelompok menggunakan benda yang sudah tidak terpakai. Dilakukan dalam waktu 1 minggu di luar jam sekolah.
3. 13-20 /11/13 Transferring/peer teaching Refleksi untuk share work dari penugasan 1 minggu sebelumnya.Selama 1 minggu menjadi guru bagi teman sebaya. Yang dipilih adalah teman bukan dari kelas akselerasi dan mereka belum menguasai materi yang sedang diajarkan
4. Rabu, 20 november 2013 Outbond training Refleksi peer teachingPelaksanaan 1 hari di sekolah dengan menggunakan beberapa peralatan dari sekolah dengan dipandu oleh 2 orang peneliti
5. Jum’at, 22 November 2013 Post test Dari hasil proses pelaksanaan penelitian, pada pertemuan terakhir, sampai kemudian skala likert pengukuran penyesuaian diri

 

 

HASIL DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Data

Proses pengambilan data berlangsung selama 3 bulan , yaitu September oktober – November , dimulai dengan survey pendahuluan, perkenalan dengan tim guru sampai pada bulan November adalah proses pengabilan data yaitu di SMAN 3 MALANG. Jumlah subjek eksperimen dalam penelitian ini berjumlah adalah seluruh siswa akselerasi kelas X. Dalam penelitian ini menggunakan desain One-Group Pretest-Posttest Design.

Data hasil penelitian meliputi data pretest dan posttest kemampuan penyesuaian social dengan skala likert terlampir. Data pretest Penyesuaian sosial merupakan data awal yang diperoleh sekaligus sebagai pemberian perlakuan pertama. Data posttest penyesuaian sosial merupakan data akhir yang diperoleh setalah diberikan perlakuan. Data yang diperoleh selanjutnya dikelompokkan dilakukan analisis sebagai berikut:

Table 4.1 analisa deskriptif penyesuaian social pretest-post test

  Mean Standar deviasi Varian
Pre test 40.17 7.793 60.735
Post test 41.56 7.156 51.203

 

Dengan menggunakan grafik per individu sebagai berikut :

Tabel. 4.2

gambaran diagram per individu peningkatan penyesuaian social

 

Uji Hipotesa

  1. Uji Wilcoxon Signed Rank Test Per-Aspek

Hipotesa pada penelitian ini adalah ada pengaruh pelatihan character building dengan penyesuaian social pada anak akselerasi. Penggunaan uji wilcoxon signed rank test guna untuk menguji apakah hipotesa yang diajukan bisa diterima atau ditolak. Uji wilcoxon signed rank test dilihat dengan membandingkan skor dari pelaksanaan pretest dan posttest yang telah dilaksanakan.

H1 : Ada perbedaan pada penyesuaian sosial pada kelompok penelitian setelah dilakukan pretest-posttest.

Analisis H1 diterima jikah sign. <ɑ 0.05

Hasil uji wilcoxon signed rank test pada kelompok penelitian berdasarkan per-aspek dapat dilihat dari tabel 4.3

Penyesuaian sosial
Sig.< 0.05 0.022

Tabel 4.3 hasil uji wilcoxon signed rank test

Dari tabel di atas dapat dilihat nilai signifikasi dari kriteria kemampuan memegang alat tulis sebesar 0.022. Oleh karena itu signifikansi thitung kurang dari 0.05 (sig. < 0.05), maka dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan yang signifikan dari mean skor pada pretest dan posttest Penyesuaian sosiaL

 

PEMBAHASAN

Analisis awal

Siswa yang menjadi sampel dalam penelitian ini memiliki penyesuaian social yang berbeda. Namun dapat dilihat bahwa ada 50 persen dari seluruh siswa ada pada kurva z negative. Ini artinya bahwa ada memang ada permasalahan real di tempat dilakukan penelitian bahwa ada permasalahan yang terjadi pada anak anak kelas aksel ini. Selanjutnya ketika dilakukan eksperimen berupa perlakuan pemberian karakter building, melalui uji wilcoxon signed rank test diperoleh nilai signifikasi dari aspek penyesuaian sosial sebesar 0.022, hal tersebut menunjukkan bahwasannya adanya perbedaan kemampuan penyesuaian sosial sebelum dan sesudah pemberian treatment. Eksperimen ini dilakukan dengan 4 tahap treatmen, 4 kali pertemuan, sehingga selama rentang waktu tersebut anak melakukan berbagai treatmen dengan panduan peneliti. Analisis Keseluruhan

Selain melakukan analisis statistik peraspek, peneliti juga melakukan analisis statistik secara keseluruhan. Dari hasil analisis melalui uji wlcoxon signed rank test didapatkan nilai signifikansi sebesar 0.002, dari hasil tersebut dikeahui bahwa pemberian character building ini memiliki pengaruh terhadap peningkatan penyesuaian sosial. Meskipun apabila analisa ini di mix and match dengan table derskriptifnya terlihat yang meningkat adalah mereka yang berada pada kategori sangat rendah, naik satu tingkat menjadi rendah. Bukan menjadi cukup, atau baik. Hal ini menunjukkan adanya beberapa factor penentu, selain dari aspek waktu control peneliti yang tidak selalu bisa hadir dalam pendampingan peer teaching maupun share work, juga dikarenakan secara system ada yang perlu dibenahi.

 

 

Analisa lanjut

b.1 berkaitan dengan item skala penyesuaian diri :

Dalam proses penggalian data pertama, ada beberapa temuan mengenai item gugur yang berkaitan dengan aspek hubungan terhadap orang tua. Melalui data tambahan berupa sharing dan refleksi awal, pada siswa menyatakan bahwa orang tua mereka tidak akan complain atau memberi mereka tugas rumah apabila seharian mereka ada dikamar untuk mengerjakan tugas. Suasana di rumah sangat dikondisikan untuk tetap focus mengerjakan tugas dan tidak ada motivasi dari orang tua untuk terlibat aktif dalam pergaulan diluar tugas tugas sekolah tersebut.

 

b.2 berkaitan dengan sebaran data :

Sebaran data yang diperoleh, memang 50 % anak berada pada penyesuaian diri negative. Dan ketika proses pelatihan character building dilaksanakan, saat mengacu pada sebaran datanya, maka tidak ada yang berubah. Artinya kondisinya tetap sama. Yaitu 50% dari keseluruhan siswa akselerasi masih berada pada z negative dengan rentangan rendah dan rendah sekali. Hal ini menunjukkan bahwa penelitian ini belum secara utuh mampu meningkatkan penyesuaian social pada anak akselerasi .

Eksperimen ini menunjukkan tak ada satu subyekpun yang mengalami penurunan skor. Peningkatan terjadi namun ada beberapa yang skor nya masih sama. Jika kita lihat perbandingan tabelnya adalah sebagai berikut :

Interval subyek pre test subyek post test Ket.
56 < X ≤ 64 0 0 Baik sekali Tidak ada subyek
48 < X ≤ 56 3 4 Baik Ada 1 subyek dari cukup naik ke baik
40 < X ≤ 48 6 7 Cukup Ada 1 subyek naik ke cukup
32 < X ≤ 40 4 6 Rendah Ada 2 naik rendah
24 < X ≤ 32 5 1 Sangat rendah Sementara terjadi penurunan dari subyek sangat rendah 4 orang meningkat
16 < X ≤ 24 0 0 Kurang

Table 5.3 perbandingan kenaikan

Table diatas menunjukkan peningkatan drastic muncul pada kategori sangat rendah dan belum cukup efektif untuk kategori rendah untuk naik ke cukup. Pengkajian terpadu untuk mengetahui mengapa hal itu terjadi masih dalam proses. Namun, hal ini mengindikasikan bahwa anak anak akselerasi, apabila penyesuaian sosialnya sangat rendah, secara bertahap akan mampu mengalami peningkatan. Namun mereka yang berada pada katerogi rendah menuju cukup masih membutuhkan beberapa tugas tambahan.

 

KESIMPULAN

Kesimpulan dalam penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut:

  1. Penyesuaian sosial dalam penelitian ini dibatasi pada kemampuan siswa dalam 3 aspek yaitu penyesuaian diri terhadap keluarga, penyesuaian diri terhadap lingkungan sekolah dan penyesuaian diri terhadap lingkungan masyarakat.
  2. Secara umum, pemberian treatment pelatihan character building ini bisa digunakan sebagai media untuk meningkatkan kemampuan penyesuaian social. Namun peningkatan signifikan terlihat pada siswa yang penyesuaiannya sangat rendah dan belum cukup signifikan untuk meningkatkan penyesuaian social di kategori rendah menuju cukup ke level baik. Hal ini dikarenakan adanya beberapa hal antara lain, variabel sekunder yang tidak bisa dikontrol oleh peneliti. Variabel sekunder tersebut adalah orang tua yang kurang memahami pentingnya penyesuaian social dan secara sadar lebih menekankan bahkan member fasilitas lebih untuk anak belajar keras di rumah tanpa ada motivasi untuk melakukan aktivitas social di luar belajar.

SARAN

Saran yang bisa diberikan dari peneliti yakni:

Untuk SMAN 3 Malang. Pelatihan

character building dengan menggabungkan beberapa metode antara lain share work, peer teaching dan diary life merupakan media peningkatan penyesuaian sosial, sehingga peneliti menyarankan untuk memberikan model perlakuan ini kepada siswa SMA 3 MALANG sebagai stimulus untuk meningkatkan berbagai aspek penyesuaian sosial

Untuk penelitian selanjutnya

Penelitian ini masih merupakan tahap awal, karena setelah hasilnya dilakukan, banyak sekali temuan yang cukup menarik. Disarankan untuk penelitian selanjutnya agar melibatkan pembekalan terhadap orang tua sebagai rangkaian system sosialisasi bagaimana sebuah kelas akselerasi bisa berjalan secara efektif. Aspek kognitif yang harus di imbangi dengan kemampuan social membutuhkan support system utamanya bagi orang tua

  1. Terkait dengan proses kontrol, disarankan untuk penelitian selanjutnya peran serta guru bimbingan konseling dan guru kelas secara berkesinambungan diefektifkan. Sehingga ketika pelaksanaan peer teaching, ada pengawasan dan observasi secara terus menerus bagaimana siswa tersebut melakukan peer teaching.
  2. Disarankan untuk penelitian selanjutnya pada saat proses eksperimen menggunakan beberapa pendamping guna untuk mendampingi subjek penelitian sehingga ada catatan mengenai aspek aspek yang muncul yang akan menjadi kajian lebih lanjut berkaitan dengan dinamika kelompok yang berdampak pada kemampuan penyesuaian anak dalam kelompok tersebut dan lingkungan masyarakat.
  3. Bagi anak akselerasi

Disarankan untuk secara berimbang mengukuti kegiatan social kemasyarakatan serta aktif dalam berbagai bidang tidak semata mata untuk mengejar prestasi akademik yang tertuang dalam nilai raport semata


 

DAFTAR RUJUKAN

 Alsa, Asmadi. 2007. Keunggulan dan Kelemahan Program Akselerasi di SMA: Tinjauan Psikologi Pendidikan. Pidato Pengukuhan Guru Besar pada Fakultas Psikologi: Yogyakarta. Universitas Gadjah Mada.

Hurlock, E.B., Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang

Rentang Kehidupan, Jakarta, Erlangga, 1994

Majid, Abdul dan Andayani, Dian. 2011. Pendidikan Karakter: Perspektif Islam. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset

Novian. 2009. Kelas Akselerasi Rampas Kehidupan Sosial Anak. Jakarta: Kompas

Maslihah, Sri. 2011. Studi Tentang Hubungan Dukungan Sosial, Penyesuaian Sosial Di Lingkungan Sekolah Dan Prestasi Akademik Siswa SMPIT Assyfa Boarding School Subang Jawa Barat. Semarang: Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro : Jurnal Psikologi Undip Vol. 10, No.2, Oktober 2011

Putri, Diah Sekar Ayu Rena,dan Alsa, Asmadi, dan Widiana, Herlina Siwi. 2005. Perbedaan sosialisasi antara siswa kelas akselerasi dan kelas reguler dalam lingkungan pergaulan di sekolah. Yogyakarta : Fakultas Psikologi UAD, Fakultas Psikologi UGM, Fakultas Psikologi UAD Humanitas : Indonesian Psychological Journal Vol. 2 No.1 Januari 2005 : 28 – 40,

Triyono. 2013. Pendampingan psikologi peserta didik akselerasi : tinjauan psikologi konstruktivistik. Malang: Universitas Negeri Malang, (disampaikan dalam Sosialisasi Kurikulum 2013 pada tanggal 23 Agustus 2013)

Renzulli, Joseph. S. ____.  The Three-Ring Conception of Giftedness at the Schoolwide Enrichment Model (SEM). Connecticut : University of Connecticut. (Diunduh dari www.gifted.uconn.edu pada tanggal 31 Agustus 2013)

Southern, W.Thomas & Jones, Eric D. 1991. The Academic Acceleration of Gifted Children. New York: Teachers College, Columbia University

Suharsimi arikunto. 2010. Dasar-dasar evaluasi pendidikan. Jakarta : PT Bumi Aksara.