Kontribusi Mahasiswa untuk SDGs
Kegiatan ini mendukung SDG 3 “Good Health and Well-Being” dengan memberikan pemahaman kepada mahasiswa untuk berkontribusi dalam promosi kesehatan mental di masyarakat.

Fakultas Psikologi Universitas Negeri Malang (UM) kembali menyelenggarakan kegiatan Kuliah Tamu yang kali ini mengangkat topik “Penyesuaian Diri Individu dalam Perspektif Psikologi.” Kegiatan ini berlangsung pada Selasa, 8 Oktober 2024, dengan menghadirkan Dr. Zainul Anwar, S.Psi., M.Psi., Psikolog dari Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) sebagai narasumber.

Kegiatan ini dihadiri oleh mahasiswa mata kuliah Psikologi Klinis & Kesehatan Mental yang sangat antusias mengikuti setiap pemaparan. Dalam sesi tersebut, Dr. Zainul menjelaskan bahwa penyesuaian diri adalah kemampuan individu untuk menghadapi dan merespons perubahan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, baik di lingkungan pribadi maupun sosial, dengan cara yang sehat dan adaptif. Ia menekankan bahwa kemampuan ini sangat penting untuk menjaga keseimbangan emosional dan mental seseorang.

Dr. Zainul memulai pemaparannya dengan menguraikan berbagai definisi penyesuaian diri dari sudut pandang psikologi. Ia menyebutkan bahwa penyesuaian diri tidak hanya melibatkan aspek eksternal, seperti kemampuan beradaptasi dengan situasi baru, tetapi juga aspek internal, termasuk bagaimana seseorang menghadapi konflik batin, stres, dan ketidakpastian. Penyesuaian diri juga berkaitan erat dengan konsep resilience atau daya tahan psikologis, yang memungkinkan seseorang untuk bangkit dari tekanan atau trauma.

Menemukan Solusi Bersama Terapis

CBT adalah kolaborasi antara klien dan terapis untuk menemukan solusi yang praktis dan berdampak positif dalam kehidupan sehari-hari. Perubahan kecil membawa hasil besar!

Baca juga:

Dalam sesi tersebut, Dr. Zainul juga menjelaskan beberapa teori yang menjelaskan mekanisme penyesuaian diri, di antaranya adalah Teori Stres dan Adaptasi. Menurut teori ini, setiap individu dihadapkan pada stresor dari lingkungan, yang bisa berupa tekanan pekerjaan, hubungan interpersonal, atau situasi baru. Bagaimana seseorang merespons stres tersebut bergantung pada kemampuan adaptasi yang dimilikinya. Ada individu yang mampu mengelola stres dengan baik, tetapi ada pula yang mengalami kesulitan dalam beradaptasi, yang dapat memicu gangguan psikologis seperti kecemasan, depresi, atau bahkan gangguan penyesuaian (adjustment disorder).

Lebih lanjut, Dr. Zainul membahas faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri, termasuk faktor kepribadian, lingkungan, dan dukungan sosial. Individu dengan kepribadian yang stabil cenderung lebih mampu menyesuaikan diri dalam berbagai situasi yang penuh tekanan. Di sisi lain, lingkungan yang mendukung, seperti lingkungan keluarga atau sosial yang hangat dan mendukung, juga memiliki peran penting dalam proses penyesuaian diri. Dukungan dari orang-orang terdekat dapat membantu seseorang mengatasi tantangan psikologis yang mereka hadapi.

Selain itu, Dr. Zainul juga menyinggung dampak buruk dari penyesuaian diri yang tidak sehat, yang sering kali terjadi ketika individu menggunakan mekanisme koping yang maladaptif, seperti penghindaran, agresi, atau perilaku destruktif. Hal ini dapat memperburuk kondisi mental seseorang dan berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan mental jangka panjang. Oleh karena itu, ia menekankan pentingnya mengembangkan strategi koping yang sehat dan adaptif.

Untuk memberikan pemahaman yang lebih praktis, Dr. Zainul berbagi kasus-kasus klinis yang pernah ia tangani dalam praktek psikologinya. Ia menunjukkan bagaimana individu dengan kesulitan penyesuaian diri sering kali menunjukkan gejala seperti kecemasan berlebihan, depresi, atau bahkan somatisasi (penyakit fisik yang disebabkan oleh masalah psikologis). Melalui pendekatan psikoterapi yang terarah, individu-individu ini dibantu untuk mengembangkan mekanisme koping yang lebih efektif dan adaptif, sehingga mereka dapat kembali menjalani kehidupan yang lebih seimbang secara emosional.

Mahasiswa yang hadir dalam kuliah ini sangat terlibat dalam diskusi, terutama saat membahas tentang pendekatan-pendekatan intervensi untuk membantu individu yang mengalami kesulitan dalam penyesuaian diri. Dr. Zainul menjelaskan bahwa pendekatan intervensi psikologi klinis, seperti cognitive behavioral therapy (CBT) atau terapi kognitif-perilaku, dapat membantu individu untuk mengubah pola pikir negatif dan perilaku yang tidak adaptif, serta menggantinya dengan cara berpikir yang lebih positif dan fungsional.

Dalam sesi tanya jawab, mahasiswa juga menanyakan mengenai peran psikolog dalam membantu individu yang menghadapi krisis penyesuaian diri. Dr. Zainul menegaskan bahwa tugas psikolog tidak hanya berfokus pada penyembuhan gangguan, tetapi juga pada upaya preventif dan promosi kesehatan mental yang bertujuan mencegah munculnya gangguan penyesuaian diri. Ia mendorong mahasiswa untuk selalu meningkatkan empati, mendengarkan klien dengan baik, dan membantu mereka menemukan cara-cara yang lebih sehat dalam menghadapi tekanan hidup.

Secara keseluruhan, kuliah tamu ini memberikan wawasan yang mendalam mengenai pentingnya penyesuaian diri bagi kesehatan mental individu. Mahasiswa tidak hanya mendapatkan pemahaman teoritis yang lebih baik, tetapi juga pemahaman praktis tentang bagaimana mereka, sebagai calon psikolog, dapat memberikan intervensi yang tepat kepada individu yang membutuhkan bantuan dalam proses penyesuaian diri.

Dari sudut pandang pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs), kegiatan ini mendukung poin SDG 3: “Good Health and Well-Being,” yang berfokus pada kesehatan mental sebagai bagian integral dari kesejahteraan individu. Melalui pemahaman yang lebih baik tentang penyesuaian diri, mahasiswa dibekali kemampuan untuk berkontribusi dalam upaya meningkatkan kesehatan mental di masyarakat.

Pewarta: M Said