Lokasi

Penulis mengikuti volunteer pada lembaga yang memang mempunyai program kepedulian insana insani muda pada perubahan dan kejadian–kejadian yang dialami bangsa Indonesia. Lembaga tersebut bernama JKJT (Jaringan Kemanusiaan Jawa Tmur) yang sudah didirikan dari tahun 2002 yang dimulai dari Jaringan Relawan Kemanusiaan Jawa Timur pada tahun 1996, kemudian menjadi Jaringan Kemanusiaan Komisi Kepemudaan Malang dan terbentuklah JKJT. Lembaga ini mempunyai visi mengangkat derajat dan hak kebersamaan untuk membantu sesama dalam lingkup giat yang disesuaikan dengan permasalahan yang ada di lingkungan terdekat sampai tak terbatas, sehingga lembaga ini memiliki kepedulian pada sesama adalah utama dalam giatnya. Lembaga JKJT tersebut mempunyai program belajar bersama anak jalanan dan anak-anak yang kurang mampu dan pada saat ini lembaga tersebut sudah mempunyai 2 tempat rumah belajar yang salah satunya bertempat di jalan Muharto gang 5 Kota Malang. Penulis mengikuti volunter bersama lembaga JKJT dan bertempat di daerah tersebut. Lokasi rumah belajar bertempat di Kota Malang, tetapi terpencil dan pelosok. Lokasi tersebut melewati gang-gang yang sempit dan padat penduduk. Kapasitas anak-anak yang antusias untuk belajar bersama sehingga rumah belajar tersebut bertempat disebuah tenda yang berada di depan halaman rumah warga yang kosong. Tempat yang sederhana tidak memudarkan semangat mereka untuk belajar

Permasalahan

Di tempat volunter tersebut terdapat anak-anak yang antusias untuk mengikuti kegiatan belajar. Anak-anak yang mengikuti dimulai dari TK, SD hingga SMP dan ada juga anak-anak yang tidak bersekolah tetapi tetap mengikuti kegiatan belajar. Di kegiatan tersebut lebih banyak anak-anak TK yang kurang bisa diatur karena lebih suka bermain dibanding belajar bersama kakak-kakaknya. Di lingkungan yang terpencil dan dengan keadaan yang seadanya, anak-anak tersebut kurang bertingkah laku dengan baik dan berkata-kata yang seharusnya tidak patut diucapkan oleh anak-anak seusia mereka.

Anak-anak yang masih berumur 6 tahun dan masih bersekolah di Taman Kanak-Kanak (TK) memang perlu lebih mendapatkan bimbingan dengan menerapkan karakter dan mengajarkan sesuai dengan mereka. Ada beberapa anak-anak yang kurang bisa dinasihati, dengan tingkah laku mereka yang kurang bisa diatur sehingga bisa mempengaruhi teman-temannya yang awalnya diam menjadi bertingkah laku sama seperti mereka dan kurang bisa diatur oleh kakak-kakaknya. Kata-kata yang dilontarkan juga meliputi kata-kata kotor. Sehingga membuat anak-anak satu sama lain akan terpengaruh sedikit demi sedikit. Anak-anak yang mempunyai sikap agresi yang sangat tinggi bisa mempengaruhi teman-temannya juga menjadi bertingkah laku agresi. Jika mereka marah atau kesal kepada teman-temannya mereka akan melontarkan kata-kata kotor tersebut dengan memukul temannya untuk mengungkapkan rasa emosinya.

Perilaku dan perkataan tersebut juga kurang diperhatikan oleh lingkungan sekitar, misalnya keluarga dan orang-orang yang lebih tua disekitarnya. Pada saat anak tersebut melontarkan kata-kata kotor orangtuanya hanya berkata “ndak oleh ngomong ngono” yang artinya “tidak boleh berkata seperti itu”, tidak hukuman bagi anak tersebut sehingga membuat anak meremehkan hal tersebut.

 

PEMBAHASAN

Dari hasil observasi pada volunter yang sudah penulis lakukan, penulis mengangkat pada anak TK yang masih berusia 6 tahun. Subjek tersebut dapat dianalisis bahwa perilaku subjek termasuk perilaku agresi. Pengertian perilaku agresi adalah tanggapan yang mampu memberikan stimulus merugikan atau merusak terhadap organisme lain. Pengertian lain dari agresi yaitu tindakan yang diniatkan untuk tujuan membahayakan atau menyakiti orang lain. Pada usia 6 tahun agresi pada usia anak-anak lebih aktif dan lebih berpengaruh pada teman-temannya. Subjek berperilaku yang sering melakukan keonaran dilingkungan rumah belajar tersebut sehingga membuat gaduh dan mempengaruhi teman-temannya untuk bertingkah laku agresi juga. Seharusnya jika pada situasi belajar yang memiliki tingkat keseriusan untuk mengerjakan tugas dan lain sebagainya harus dikondisikan dengan semaksimal mungkin sehingga tidak ada yang mengganggu dan tidak ada yang terganggu. Subjek tersebut mempunyai keagresian yang tinggi karena tidak ada hukuman jika subjek mempengaruhi teman-temannya untuk bermain bersamanya dan mengganggu teman-temannya. Banyak yang subjek lakukan dengan tingkah lakunya, seperti halnya berkelahi dengan temannya yang subjek pernah lihat di televisi. Pada perilaku ini subjek termasuk pada agresi sebagai perilaku sosial yang dipelajari, karena subjek sudah belajar dan meniru perilaku di sinetron yang seharusnya tidak untuk ditiru.

Dalam hal ini bisa dijelaskan bahwa perilaku agresi sebagai perilaku yang dipelajari. Seperti Albert Bandura menyatakan bahwa perilaku agresi merupakan hasil dari proses belajar sosial (Strickland, 2001). Belajar sosial adalah proses belajar melalui mekanisme belajar pengamatan dalam dunia sosial. Dalam memahami perilaku agresi, teori ini mengemukakan tiga informasi yang perlu diketahui, yaitu :

  1. Cara perilaku agresi diperoleh
  2. Ganjaran dan hukuman yang berhubungan dengan perilaku agresi
  3. Faktor sosial dan lingkungan yang memudahkan timbulnya perilaku agresi

Subjek berperilaku agresi karena tidak ada hukuman dan tidak ada tindakan lain sebagai pengajar disana. Pengajar disana pun juga tidak pernah memukul, hanya memberi tau dengan kata-kata saja dibandingkan tindakan, sehingga membuat subjek tidak takut dengan siapapun dan semena-mena untuk berperilaku. Ada juga strategi untuk mengurangi perilaku agresi pada subjek tersebut sehingga tidak membuat subjek mempengaruhi teman-temannya yang lain. Strategi itu diantaranya adalah melalui instrumen hukuman, katarsis, pengenalan model-model nonagresif, dan pelatihan pengembangan keterampilan sosial.

 

PEMBELAJARAN YANG DIPEROLEH

Selama penulis mengikuti kegiatan dirumah belajar yang ada di daerah Muharto Kota Malang, penulis bisa mengajar dengan senang. Selain itu penulis bisa mengajar dan sekaligus mengingkat pelajaran yang sedang dipelajari anak-anak TK-SMP. Penulis bisa belajar lebih sabar untuk menghadapi anak-anak yang berperilaku agresif dan memberitahu jika ada yang melakukan kesalahan. Sesama volunter juga sering sharing dan saling bertukar pendapat.

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Hanurawan, Fattah.2010. Psikologi Suatu Pengantar, Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Jurnal “Agresi: Mengapa Kita menyakiti Orang Lain? Dapatkah Dicegah?”