Farah Farida Tantiani
Fakultas Pendidikan Psikologi Universitas Negeri Malang
ABSTRAK: Beberapa tahun belakangan ini, berita di media massa kerap berisikan kasus-kasus kekerasan yang pelakunya
makin muda usianya, seperti kasus pembegalan dan gang motor yang melibatkan usia remaja. Perilaku kekerasan seperti ini dianggap berlawanan dengan budaya Indonesia yang terkenal ramah tamah dan lebih menekankan pada harmoni dalam hubungan sosial. Dalam survei Hofstede pada tahun 1980 (dalam Lestari, 2012), dikatakan bahwa Indonesia dengan ciri-ciri tersebut merupakan negara dengan budaya kolektivis. Peran orangtua tentu saja diharapkan untuk dapat mengasuh anak sesuai dengan budaya Indonesia, akan tetapi pada kenyataannya seminar-seminar pengasuhan anak lebih banyak mengambil referensi dari negara barat yang orientasinya masyarakat individualis. Di sekolah-sekolah, pendidikan karakter yang diajarkan pun lebih banyak berorientasi dari nilai-nilai negara individualis. Dengan perbedaan latar belakang budaya, ada kemungkinan perbedaan pola pengasuhan anak. Oleh karena itu, artikel ini hendak melihat mengenai pengasuhan anak di kebudayaan negara individualis dan di negara kolektivis. Metode yang digunakan untuk menganalisis pengasuhan di dua kebudayaan ini adalah dengan menggunakan metode studi literatur. Literatur yang digunakan adalah yang berasal dari hasil penelitian sosiologi mengenai kebudayaan Jawa (negara kolektivis), yaitu di daerah Yogyakarta dan dari materi perkembangan manusia dalam buku psikologi perkembangan yang berasal dari negara dengan budaya individualis. Pola pengasuhan budaya Jawa ternyata memiliki perbedaan penekanan dengan teori perkembangan manusia yang berasal dari budaya individualis, karena pada budaya kolektivis seperti di negara Indonesia, yang lebih dikembangkan adalah keterkaitan dengan orang-orang di sekitarnya, bukan pencapaian pribadi seperti yang ada di budaya individualis. Perbedaan prinsip dasar pengasuhan antara
negara individualis dan kolektivis ini perlu diperhatikan oleh pengambil kebijakan saat membuat keputusan yang terkait pengasuhan anak. Bisa dicontohkan seperti dalam pendidikan karakter di sekolah yang perlu mempertimbangkan budaya lokal dalam menyusun programnya
Kata kunci: budaya Indonesia; individualis-kolektivis; pengasuhan anak